askep luka bakar
- Pengertian
Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan agent thermal, listrik, atau radioaktif (Wong.2004)
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat. 2001)
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh panas (Thermal), Kimia, Elektrik, dan Radiasi (Suriyadi. 1987)
B. Kritria Keparahan Luka Bakar
1. Luka bakar minor
a. Luka bakar dengan ketebalan parsial < 10% area permukaan tubuh
b.Luka bakar ketebalan penuh < 2% (Body Surface Area /BSA)
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar dengan ketebalan parsial 15 – 25 % BSA
b. Luka bakar dengan ketebalan penuh <
10%, kecuali anak kecil, dan luka bakar area kritis, waja, tangan, kaki dan
genetalia
3. Luka mayor dan Kritis
a. Komplikasi dengan cedera saluran napas
b. Ketebalan parsial 25% atau lebih, wajah, tangan, kaki dan genetalia
c. Ketebalan penuh 10% BSA pada anak < 2
tahun
d.
Luka bakar listrik
e.
Luka bakar kimia yang dalam
f. Luka bakar dengan fraktur jaringan lunak
g. Luka bakar dengan komplikasi : DM,
Epilepsi, Gangguan jantung, Ginjal.
C. Klasifikasi Luka Bakar
1. Luka bakar derajat I
a. Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis
b.
Kulit kering, hiperemik, berupa
eritem
c.
Tidak dijumpai bulae
d. Nyeri karena ujung syaraf sensori
teriritasi
e.
Penyembuhan spontan 5 – 10 hari
2. Luka bakar derajat II
a.
Kerusakan epidermis dan dermis
b.
Bilae (+)
c.
Nyeri
d.
Dasar Ika merah dan pucat
Luka bakar
derajat II terbagi lagi menjadi :
a.
Derajat II dangkal
(Superfisial)
1)
Superfisial dari dermis
2) Follkel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh
3)
Penyembuhan spontan
b.
Derajat II dalam
1)
Hampir seluruh dermis
2)
Folikel dan kelenjar masih utuh
3)
Penyembuhan lebih lama
3.
Luka bakar derajat III
a. Kerusakan seluruh dermis / lapisan lebih
dalam
b. Folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan
c.
Bulae (-)
d. Kulit yang terbakar warna abu-abu dan
pucat
e. Eskar (Koagulasi protein pada epidermis)
f.
Rasa nyeri hilang sensasi
g.
Penyembuhan rambut
D. Zona Kerusakan Jaringan
1. Zona Koagulasi
Daerah yang langsung rusak (Koagulasi protein) Karena Panas
2. Zona Statis
Diluar zona koagulasi, kerusakan endotel, pembuluh darah, leuko dan trombosit
3. Zona Hiperemia
Diluar zona statis (Reaksi Vasokonstriksi)
E. Kategori
Penderita Luka Bakar. (Moenadjat. 2001)
1. Luka bakar berat/Kritis
a. Derajat 2-3 >40%
b. Derajat III, Muka, tangan, kaki dan genetalia
c. Ada trauma pada saluran Napas
d. Luka bakar dengan Listrik
e. Disertai dengan trauma lain
2.Luka bakar sedang
a. Derajat II : 15-40%
b. Derajat III: <10 %
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat II < 15%
b. Derajat III < 2%
Kategori ini untuk kepentingan Prognosis
Rule of Nine untuk anak 4 – 9 tahun :
1. Kepala 13%
2. Leher 2%
3. Genetalia 1%
4. Tangan kiri dan kanan bagian atas : 2 ½% / 2 ½%
5. Tangan kiri dan kanan bagian bawah 3%/ 3%
6. Kaki ki dan ka 3 ½%
F. Patofisiologi
Cedera
termal menimbulkan luka terbuka karena kulit yang rusak. Setelah luka bakar,
perfusi kulit menurun karena cairan merembes dari ruang intravaskuler ke ruang
interstisial karena permeabilitas kapiler meningkat. Cedera paru juga dapat
terjadi karena iritasi asap, uap, atau ritasi lain. Pada luka bakar mayor,
curah jantung menurun dan aliran darah ke hati, ginjal dan saluran
gastrointestinal juga menurun. Anak dengan luka bakar berat berada dalam
keadaan hipermetabolik, mengkonsumsi oksigen dan kalori dengan cepat.
Pathway
- Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
Kegawatan Klien Luka Bakar
Penatalaksanaan kegawatan klien luka bakar yang berat atau luas harus dilakukan secara cepat, dan tepat, prinsip-prinsipnya antara lain :
a. Pengkajian riwayat klien
Riwayat terjadinya
misal di ruangan tertutup / inhalasi asap, sering ditemukan gangguan pernafasan
umum, gejala distress pernafasan dapat terjadi beberapa jam kemudian
|
b. Memperkirakan total luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar
c. Support pernafasan
1) Keracunan karbon monoksida (CO)
Tanda : hipoksia, gelisah dan terlihat bingung beberapa jam setelah kejadian beri O2 100% dan monitor keadaan klien secara ketat.
2)
Obstruksi jalan nafas bagian
atas
Observasi adanya suara serak, meningkatnya
batuk dan ketidakmampuan mengeluarkan sekret. Intubasi endotrakeal untuk
profilaktik umum di lakukan. Perawatan suportif : suction, pemberian analgetika
3)
Obstruksi jalan nafas bagian bawah
Tanda dan gejala antara lain : Sianosis, distress pernafasan berat,
hipoksia serebral berat.
Penatalaksanaan
: Oksigenasi per intravena saat pertama kali, bronkodilator perintravena,
monitoring hasil AGD. Antibiotik digunakan jika terjadi
infeksi.
4) Luka bakar full thickness (dalam) yang
melingkar pada dada, karena eskar yang kaku dapat menyebabkan terganggunya
pekerjaan dada.
d. Resusitasi cairan
Segera setelah terjadi luka bakar, sejumlah besar cairan isotonis berpindah ke ruang non fungsional / interstisiil dan adanya perpindahan cairan tersebut harus di gantikan agar tidak terjadi syok. Umumnya terjadi jika luas LB lebih dari 15%.
Resusitasi
cairan modifikasi formula untuk anak-anak :
1)
2 CC x BB (Kg) x % LB = acc
2)
Kebutuhan Faali :
Ø < 1 th =
BB x 100 cc
Ø 1 – 3 th = BB x 75 cc =
b cc
Ø 3 – 5 th = BB x 50 cc
3)
Kebutuhan Total
Ø 8 Jam I = ½ (a + b) cc
Ø 16 Jam II = ½ (a + b)
cc
4)
Kriteria adekuatnya resusitasi
Ø Volume urine 20 – 30 ml / jam untuk usia > 2 th
Ø Volume urine 10 – 20 ml / jam untuk usia < 2 th
e. Penanggulangan nyeri
Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan obat analgesik secara intravena dalam dosis kecil. Pemberian obat secara IM kurang efektif karena sering tidak terobsorbsi sempurna.
f. Pemasangan Naso Grastrik Tube
Pada klien dengan luka bakar lebih dari 20 % sering mengalami ileus paralitik, untuk itu perlu pemasangan NGT
2. Prinsip Perawatan luka bakar di Bangsal
a. Penderita LB yang memerlukan perawatan di
RS :
1)
Derajat II lebih dari 15%
2) Pada Daerah tangan, kaki, wajah dan
perineum
3)
Derajat III lebih dari 2%
4)
Dengan komplikasi penyakit lain
5) Pada nakan, derajat II lebih dari 15% atau
setiap derajat III
6)
Yang disertai trauma inhalasi.
b.
Prosedur Prawatan LB di RS
bertujuan untuk
1.
Memperbaiki keadaan umum pasien
2.
Mencegah
agar luka bakar tidak mendalam ataupun terjadi infeksi
3.
Restorasi kulit
4.
Memenuhi kebutuhan dasar pasien
5.
Mengidari terjadinya komplikasi
6.
mempertahankan
fungsi psikologis dan social pasien
7.
Mengurangi rasa nyeri
c.
Prosedur Perawatan antara lain :
1)
Hidrotherapi
Memandikan pasien dengan
menggunakan “turn tank” atau dimandikan biasa. Cairan : bethadine 2% atau
savlon 10%, dengan air bersih / steril. Suhu : 38°C. Tujuan : Mengangkat
obat-obat topikal, memberi kenyamanan dan kesegaran, debridement,
merangsang peredaran darah, mencegah
komplikasi lain pada kulit.
2)
Pengobatan
Pengobatan disesuaikan dengan lokasi LB, luas dan
dalamnya luka, fasilitas RS serta respon klien terhadap terapi :
Ø Exposure
Setelah klien dimandikan kemudian diolesi
obat topikal dan dibiarkan terbuka. (biasanya LB di muka, leher, perineum, Daerah
dada yang luas / luka bakar masal). Metode ini harus
disertai alat steril dan ruang isolasi.
Ø Open Methode
LB yang telah diolesi obat topical ditutup (radle bed)
Ø Close Methode
LB
yang telah diolesi obat topikal di tutup kassa steril, pencucian dan pemberian
obat topikal dilakukan sehari sekali sampai 3 x sehari.
Obat-obatan topical yang dapat
digunakan :
a)
Silver Sulvadiazine (Silvadine
Ceram)
Tidak
menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit dan asam basa juga tidak mempengaruhi
fungsi ginjal, tidak menimbulkan panas / nyeri, bersifat melembekkan eskar
sehingga mudah dilakukan ROM Exercise
b)
Mefenide Acetate (Sulfamylon
Acetace Cream)
Mencegah
luka menjadi sepsis efek : bisa menimbulkan asidosis metabolik, dan nyeri saat dioleskan
c)
Povidon Iodine (bethadine)
Tidak
memerlukan isolasi ketat dan sedikit menimbulkan nyeri
d)
Povidon Iodine (betadhine)
Dapat mencegah sepsis, efektif terhadap mikroorganisme
gram negatif dan positif, jamur, protozoa, candida albicans dan virus, punya
kecenderungan memebentuk kerak, sakit saat diberikan dan mengganggu ROM
exercise.
3)
Penerapan isolasi dan tehnik
antiseptic
4)
Posisi terapetik dan mobilisasi
Karena seringnya perawatan
yang lama sehingga pasien cenderung inaktif. Untuk itu perlu mobilisasi,
latihan ROM serta pemberian posisi yang terapeutik.
5)
Terapi Oksigenasi dan
Nebulisasi
Pada LB yang berat atau terbakarnya paru-paru (menghisap
asap panas) diberika terapi oksigen, terapi nebulisasi (ventolin atau bisolvon
: Aquabidest = 1 : 2) dan chest fisiotherapi
6)
Perawatan kusus pada Daerah
tertentu
a)Tangan
Dimaksudkan
agar jari tidak lengket satu sama lain dan fungsi persendian tetap optimal
b)
Kaki
Pemberian
fiksasi / spalk jangka lama untuk mencegah rotasi external, internal ataupun
drop foot. Untuk mencegah edema kaki di naikkan lebih tinggi dari posisi
jantung.
c)Leher
Posisi
hiperextensi dan latihan pergerakan leher dilakukan untuk mencegah kontraktur
d)
Mata
Diperlukan konsultasi ahli mata, biasanya
mendapat zalf / tetas mata untuk mencegah infeksi.
e)Telinga
Perawatan
harus tetap dan teliti untuk mencegah kerusakan yang lebih serius atau
kerusakan tulang rawan. Pada saat tidur, pengurangan
bantal tidak dianjurkan.
f)
Perineum
Pemasangan
katetar agar daerah perineum kering dan bersih untuk mencegah infeksi
7)
Pemberian Nutrisi yang adequate
8)
Penanganan psikososial
Kegawatan psikologis dapat
terjadi 2 – 8 minggu dimana kemungkinan kematian sudah terlewati. Tingkah laku
yang sering muncul : ketakutan, rasa bersalah / menyesal, rasa marah baik
kepada diri sendiri / orang lain, tidak kooperatif, sangat peka dan emosi
labil. Juga gejala seperti anoreksia, insomnia, hipersensitif bahkan mimpi
buruk. Support keluarga dan orang sekitar sangat penting
- Komplikasi
1. Distres pernafasan
2. Gagal ginjal
3. Kontraktor
4. Sepsis
- Pengkajian
Yang perlu dikaji pada anak dengan luka bakar adalah :
1. Status penafasan
2. Luas cidera luka bakar
3. Bukti cedera penyerta
4. Observasi bukti distres pernapasan
5. Kebutuhan akan obat analgetik
6. Berat badan
7. Tingkat kesadaran
8. Riwayat cidera
9. Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengujian
Menentukan Luka Bakar Luka Bakar Menurut Lund dan Browder
Area
Luka Bakar
|
0-1
thn
|
1-4
thn
|
5-9
thn
|
10-14
thn
|
15
thn
|
Dewasa
|
Kepala
|
19
|
17
|
13
|
11
|
9
|
7
|
Leher
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
Dada
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
Punggung
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
Lengan Ka atas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
Lengan Ki Atas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
Lengan Ka bawah
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Lengan Ki bawah
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Tangan Ka
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
Tangan Ki
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
Genetalia
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Bokong Ka
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
Bokong Ki
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
2
½
|
Paha Ka
|
5
½
|
6
½
|
8
|
8
½
|
9
|
9
½
|
Paha Ki
|
5
½
|
6
½
|
8
|
8
½
|
9
|
9
½
|
Tungkai Ka
|
5
|
5
|
5
½
|
6
|
6
½
|
7
|
Tungkai Ki
|
5
|
5
|
5
½
|
6
|
6
½
|
7
|
Kaki Ka
|
3
½
|
3
½
|
3
½
|
3
½
|
3
½
|
3
½
|
Kaki Ki
|
3
½
|
3
½
|
3
½
|
3
½
|
3
½
|
3
½
|
J.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d edema pada
saluran nafas atas dan cedera asap.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan
cairan melalui luka bakar termal.
3. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar
4. Nyeri b.d kerusakan destruksi kulit.
5. Ketidakefektifan termoregulasi b.d
kerusakan kulit dan kehilangan panas.
6. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b.d peningkatan kebutuhan kalori.
7. Hambatan mobilitas fisik b.d pembentukan
jaringan parut.
8.
Deficit pengetahuan b.d
perawatan dirumah.
K.
Intervensi Keperawatan
1. Gannguan pertukaran gas b.d edema pada saluran
nafas atas dan cedera asap.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
4
|
Pantau anak untuk melihat rambut hidung yang
terbakar, lidah berlapis jelaga, mengi, sputum mengandung jelaga, atau suara
parau.
Pantau status pernafasan anak setiap jam, catat
kisaran dan kedalaman pernafasan, suara parau, nafas cuping hidung, retraksi
dan perubahan dalam kadar analisa gas darah (AGD) (misalnya, peningkatan
tekanan parsial oksigen arteri dan penurunan tekanan parsial kadar
karbondioksida arteri.
Lakukan pengisapan pada anak dengan lembut,
sesuai kebutuhan.
Bantu melakukan intubasi endotrakea, sesuai yang
diperlukan.
|
1.Tanda
ini mengindikasikan cedera akibat inhalasi asap, cedera termal langsung pad
traktus pernafasan, atau syok.
2.Peningkatan
frekuensi dan usaha nafas mengindikasikan peningkatan obstruksi jalan nafas. Temuan AGD mengindikasikan kadar oksigen,
karbondioksida serta pH terkini.
3.Anak
memerlukan pengisapan karena cedera pernafasan dapat meningkatkan sekresi
serta mengurangi kerja rambut silia.
4.Anak
yang menginhalasi sumber asap yang diketahui atau luka bakar diwajah
membutuhkan intubasi profilaktif.
|
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan
cairan melalui luka bakar termal.
no
|
intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
4
|
Pertahankan kepatenan pemberian intravena dan
beri cairan intravena sesuai program.
Pantau haluaran dan berat jenis urine anak
setiap jam, awasi kecenderungannya.
Pantau status mental anak, tanda vital, perfusi
perifer dan volumme urine.
Pantau berat badan anak.
|
Anak harus diberi penggantian cairan melalui slang intravena selama 24-48
jam pertama setelah cedera luka bakar. Selama waktu ini, jumlah plasma yang
sangat besar mulai keluar dari ruang vaskular masuk kedalam ruang
intertisial, yang menyebabkan penurunan volume sirkulasi.
Perubahan pada haluaran urine dapat mengindikasikan gagal ginjal,
perpindahan cairan, atau diuresis yang berhubungan dengan berbagai tahap luka
bakar. Berat jenis khusus (normalnya 1,005-1,030) meningkat disertai
penghancuran protein yang signifikan. Kecenderungan yang berlangsung lebih
dari 2 jam, lebih signifikan dari pada temuan tunggal.
Pemantauan semacam ini dapat menentukan status cairan anak dan kebutuhan
menyesuaikan penggantian cairan.
Berat badan anak harian merupakan indikator utama status cairan anak.
|
3.Kerusakan intergritas kulit b.d luka bakar
No
|
intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
4
5
|
Mandiakn anak dengan larutan antiseptik,
misalnya larutan providon-iodin atau larutan pemutih satu atau dua kali
sehari.
Buang jaringan yang rusak (eskar) dengan
menggunakan spon halus, forsep dan gunting.
Pantau luka untuk melihat perubahan jumlah,
warna atau bau drainase. Pantau tanda lain dari infeksi bakteri misalnya
demam.
Oleskan salep atau larutan antimikroba topikal
misalnya sulfadiazin perak atau nitrat perak sesuai program.
Setelah debridemen, inspeksi homograf, xenograft
atau balutan luka sintetis untuk melihat purulen atau nekrosis lebih lanjut.
|
Mandi meningkatkan pemisahan eskar dengan perlahan dan menipiskan serta
membuang bakteri dipermukaan kulit.
Membuang eskar dapat mengurangi resiko infeksi bakteri.
Perubahan pada penampilan luka dapat mengindikasikan terjadinya sepsis
dan dapat menandai adanya masalah potensial pada tempatnya.
Antimikroba topikal dapat mengurangi resiko infeksi bakteri.
Balutan yang berisikan cairan purulen harus dibuang untuk mencegah invasi
bakteri dan sepsis.
|
4.Ketidak efektifan termoregulasi b.d kerusakan
kulit dan kehilangan panas.
no
|
intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
|
Pantau suhu tubuh anak setiap jam hingga stabil.
Pertahankan lingkungan yang hangat. Pastikan
bahwa air untuk hidroterapi tetap 36,70C dan suhu rauangan tetap
31,10C.
Gunakan sebuah lampu-panas-radian-atas kepala
dan lindungi anak dengan selimut, pastikan selimut dibentuk seperti tenda
mengelilingi tubuh anak, jangan biarkan terpajan langsung pada kulit.
|
Pemantauan yang sering memastikan deteksi dini dan terapi hipotermia yang
tepat untuk mecegah terjadinya kondisi yang mengancam kehidupan misalnya
sepsis dan gagal ginjal.
Lingkungan yang hangat dan suhu air yang konstan meminimalkan penurunan
suhu tubuh inti dengan mengurangi kehilangan panas melalui radiasi.
Penggunaan lampu-panas-atas kepala dan selimut lebih jauh mengurangi
kehilangan panas pancaran dan meningkatkan suhu tubuh. Selimut yang menyentuh
luka dapat menyebabkan nyeri, mengiritasi area luka dan meningkatkan resiko
infeksi.
|
5.Risiko infeksi b.d perubahan pada intergritas kulit.
no
|
intervensi
|
Rasional
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Pantau tanda vital anak setiap 1-2 jam, cata
setiap perubahan pada frekuensi jantung dan pernafasan atau suhu tubuh.
Pantau bila terjadi mual, muntah dan distensi
abdomen.
Uji feses anak untuk melihat adanya perdarahan
samar dengan menggunakan preparat guaiak(misalnya hemocult).
Kaji anak terhadap adanya perubahan status
neurologik atau perilaku.
Kaji luka bakar untuk melihat perubahan warna,
drainase dan bau.
Bantu pengambilan biopsi kulit untuk uji kultur
sesuai program.
Beri antibiotik dan cairan elektrolit serta
penggantian plasma sesuai program.
|
Peningkatan frekuensi jantung dan pernafasan disertai
dengan peningkatan atau penurunan suhu tubuh dapat merupakan tanda-tanda dini
sepsis.
Gangguan motilitas usus halus umumnya terjadi segera
setelah cedera luka bakar.
Perdarahan samar mengindikasikan stress ulkus yang
umumnya dikaitkan dengan septikemia.
Perubahan dari tingkat kesadaran waspada ke letargi,
konfusi atau delirium dapat mengindikasikan sepsis.
Perubahan drainase yang berbau busuk dan purulen dapat
mengindikasikan infeksi bakteri.
Anak memerlukan pembedahan untuk membuang sumber
infeksi jika hasil biopsi mengindikasikan 7-10 mikroorganisme per gram pada
jaringan yang vital.
Pemberian antibiotik dapat melawan infeksi.
|
Komentar
Posting Komentar