askep traksi
A.
Pengertian
Traksi : suatu tindakan untuk
memindahkan tulang yang patah/ dislokasi ketempat yang normal kembali dengan
menggunakan daya tarik tertentu
B. Tujuan Traksi
1) Untuk dapat mempertahankan
panjang ekstermitas kegarisan ( aligment ) maupun keseimbangan (stability) pada
patah tulang
2) Memungkinkan pergerakan sendi
dan mempertahankan kesegarisan fragmen- fragmen patah tulang
3) Kejang- kejang otot pada tulang/ sendi akibat patah
tulang dapat diatasi
4) Mengurangi pembengkakan- pembengkakan pada tungkai
C. Jenis Traksi
1) Traksi kulit : daya penariknya
bekerja melalui jaringan lunak disekitar gabungan tulang dengan mempergunakan
perban atau sponge (seperti traktion bang), dinginkan untuk mempertahankan
lokasi yang telah dikoreksi
Jenis traksi kit menentukan bahan yang dipakai
• Penarikan dengan perban
• Penarikan sponge
• Penarikan glison
• Penarikan pelvis
2) Traksi skeletal
- traksi dengan tarikan langsung pada tulang
- DP dilakukan pembedahan digunakan :
• Reposisi : tanpa dislokasi
• Mobilisasi yang lama
• Alat : kawat (k-ivire) diam 0,036 – 0,0625 inci
- Keuntungan :
• Pemasangan mudah
• Kerusakan jaringan sekeliling ringan
- Kerugian :
• Mudah berputar kalau busur kurang baik
• Dapat memotong tulang Osteoporotik
D. PROSES TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1) Tahap pembentukan/ hematom
sampai dengan hari ke5 dalam 24jam mulai terbentuk bekuan darah dan fibria
masuk kearea fraktur. Setelah 24jam suplay darah meningkat sehingga
terbentuklah hematoma. Hematoma berkambang menjadi Granulasi.
2) Tahap proliferasi seluler sampai dengan hari ke12.
3) Tahap formasi kallos ( 6 s/d
10 hari post edr ) jaringan granulasi berubah menjadi prokallus.
Prokallus
mencapai maksimal pada hari 14 s/d 21 post injuri
4) Tahap ossifikasi kallus s/d minggu ke12
5) Tahap konsolidasi ( 6 s/d 8 Bulan ) dan Remondeling (
6 s/d 12 Bulan )
6) Krepitasi, terdengar bila bag
yang cidera di gerakkan disebabkan oleh patahan oleh tulang yang bergerak
bersamaan.
7) Impaired sensasi oleh karena kerusakan saraf,
perdarahan
8) Peningkatan temperature local
9) Kehilangan fungsi oleh karena
ketidateraturan tulang yang fraktur, nyeri spasme otot, kelemahan yang
disebabkan oleh kerusakan saraf
10) Pergerakan abnormal oleh karena ketidakstabilan
tulang yang fraktur
11) Syok hipovolemik
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN TULANG
1) Faktor lokal : sifat luka/
beratnya trauma, derajat pembentukan formasi selama penyembuhan, jumlah tulang
yang hilang, tipe tulang yang cidera, derajat immobilisasi yang terkena,
infeksi lokal yang dapat memperlambat penyembuhan, nekrosis tulang menghalangi
aliran darah kedaerah fraktur
2) Faktor klien : usaha klien,
pengobatan yang sedang dijalani, sistem sirkulasi gizi dan penyakit
Asuhan
Keperawatan Anak dengan Traksi.
A.
Pengkajian
·
Periksa traksi setiap
komponen: posisi balikan, kerangka dan bebat.
·
Periksa posisi tempat tidur.
·
Kaji perilaku anak
untuk menentukan apakah traksi menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan.
·
Pada traksi kulit:
ganti balutan bila benar-benar perlu, kemudian periksa balutan apaka dipasang
dengan benar.
·
Traksi skelet:
periksa sisi pin untuk adanya tanda-tanda perdarahan, inflamasi, infeksi,
periksa sekrup pin.
·
Observasi kesejajaran
tubuh setelah anak bergerak.
·
Kaji alat perestain:
tidak kendur atau kencang, periksa nadi pada area yang sakit.
·
Perhatikan adanya perubahan neurovascular:
warna, perubahan sensasi, perubahan kemampuan motorik.
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Risiko cedera b.d
imobilitas dan alat traksi.
Intervensi:
a.
Anjurkan nafas dalam
dengan sering.
b.
Pasang restain bila diindikasikan
c.
Pertahankan sudut sendi.
d.
Lakukan latihan
pasif, aktif atau aktif dengan tahan pada sendi yang tidak sakit.
e.
Lakukan tindakan
untuk memperbaiki atau mencegah deformitas lanjut.
f.
Berikan antiseptic atau anti biotic.
g.
Berikan pelunak feses.
h.
Dorong masukan cairan
dan makanan tinggi serat.
2.
Kerusakan mobilitas
fisik b.d kerusakan muskulskeletal.
Intervensi:
a.
Beri alat bantu dan
dorong anak dalam aktivitas untuk melatih otot dan sendi.
3.
Risiko tinggi
kerusakan integritas kulit b.d imobilitas.
Intervensi:
a.
Tempatkan anak pada
permukaan yang mengurangi tekanan.
b.
Ubah posisi dengan
sering kecuali jika dikontraindikasikan.
4.
Risiko tinggi
kerusakan b.d imobilisai, alat traksi.
Intervensi:
a.
Berikan matras
penurun tekanan dibawah pinggul dan punggung.
b.
Lakukan pemeriksaan
kulit tubuh total untuk adanya kemerahan atau kerusakan khususnya diatas area
yang mendapat tekanan paling besar.
c.
Basuhkan dan
keringkan kulit sedikitnya setiap hari.
d.
Masase dengan
perlahan diatas area tekanan.
e.
Ubah posisi sedikitnya
setiap 2 jam.
f.
Periksa adanya objek
kecil( misalnya mainan, makanan) dibawah anak.
Komentar
Posting Komentar