ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BISU TULI

A. Pengertian

Bisu adalah gangguan pada alat-alat bicara sehingga anak tidak mampu mengeluarkan kata-kata yang bermakna.

Tuli adalah ketidakmampuan mendengar, menghalangi kebehasilan memproses informasi linguistik melalui pendengaran atau tanpa alat bantu pendengaran.

B. Etiologi

Bisu:

1. Kelainan bawaan, adanya celah dilangit-langit mulut, obstruksi dan kelainan alat-alat komunikasi.

2. Kelainan sistem saraf pusat.

3. Autisme

4. Kecerdasan rendah.

Tuli;

1. Tuli konduktif : kelainan pada telinga luar disebabkan serumen massa.

2. Tuli sensorial: kerusakan koklea/ saraf pendengaran

3. Tuli campuran : tuli konduktif dan sensorial.

C. Manifestasi Klinis

· Anak tidak bisa meniru suara yang dikeluarkan orang tua mulai usia anak 4-6 bulan.

· Saat bayi refleks startle tidak ada.

· Anak tidak bisa mendengarkan suara untuk menarik perhatian pada usia diatas 7 bulan.

D. Pemeriksaan Diagnostik

· Dapat dilakukan pemeriksaan fisik seperti reflek startle.

· Pemeriksaan audiologi subjektif (memperhatikan reaksi anak terhadap bunyi).

· Pemeriksaan audiologi objektif (elektrofisiologis).

E. Penatalaksanaan

· Penemuan dini

· Membutuhkan pendidikan SLB-B

· Hearing aid alat bantu pendengaran sedini mungkin dan observasi berkala, anak kurang dari 5 tahun setiap 6 bulan.

· Penanganan lingkungan rumah, pengertian dan pengetahuan orang tua ditingkatkan.

· Terapi wicara.

F. Komplikasi

· Penyakit vaskular pulmoner.

· Deformitas arteri pulmoner kanan.

· Setelah pembedahan: perdarahan, emboli, trombosis, gagal jantung kongestif. Oklusi pada pirau, hematorak, sianosis persisten, kerusakan nervous frenikus, efusi pleura.

G. Pengkajian

· Kaji perkembangan bahasa anak sesuai dengan tingkat perkembangan dan usia anak.

· Kaji riwayat keluarga apakah ada yang mengalami kelainan pendengaran.

· Riwayat kesehatan anak: imunisasi, penyakit serius, kejang, demam tinggi dan infeksi telinga.

· Riwayat prenatal, penyakit dan obat-obatan pada masa gestasi, tipe dan durasi kelahiran, afgar skore, hipoksia dan hiperbilirubin saat lahir.

· Riwayat respon terhadap stimulus auditori sebelumnya.

H. Diagnosa

1. Kerusakan komunikasi verbal b.d ketidakmampuan untuk bicara.

2. Perubahan persepsi sensori b.d kerusakan pendengaran.

3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kerusakan pendengaran dan bahasa.

4. Risiko cedera b.d kerusakan neurosensori pendengaran.

5. Risiko perubahan konsep diri: gambaran diri b.d kerusakan dalam bahasa dan pendengaran.

I. Intervensi

· Dorong keluarga untuk ikut dalam program rehabilitasi untuk melanjutkan pembelajaran dirumah, dorong anak untuk mempelajari bahasa isyarat sebagai metode komunikasi.

· Ajari bahasa yang menyampaikan tujuan manfaat untuk komunikasi.

· Bantu keluarga mengalihkan praktek membesarkan anak normal pada anak ini untuk meningkatkan perkembangan optimal.

· Tekankan pentingnya memberikan kemandirian pada perawatan diri.

· Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas kelompok.

· Diskusikan dengan orang tua bagaimana cara diri dan apakah interaksi berperan pada partisipasi anak.

· Fokuskan anak pada perubahan tubuh.

· Bantu keluarga mencari penyalur alat bantu dengar untuk menemukan suatu yang dapat dipercaya.

· Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat untuk menjamin keuntungan maksimum.

· Bantu anak berfokus pada semua bunyi dilingkungan dan membicarakan hal tersebut untuk memaksimalkan pendengaran.

J. Evaluasi

· Keluarga dapat memperhatikan anak dalam pendidikan khusus.

· Keluarga memperhatikan perkembangan komunikasi anak.

· Anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

· Keluarga mampu mengobservasi dalam penggunaan alat bantu pendengaran pada anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

penilaian kinerja perawat

CARA MENGHITUNG DOSIS OBAT PADA ANAK

gangguan tidur