askep kor pulmonal

A. KONSEP DASAR

1.Defenisi.

Korpulmonal adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertropi/ dilatasi) yang terjadi akibat penyakit yang menyerang struktur, fungsi paru atau pembuluh darahnya.

Keadaan patoogis dengan ditemukannya hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktural paru. (WHO, 1993).

Korpulmonal adalah suatu keadaan patologis akibat hipertropi/dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal, dengan penyebabnya adalah kelaianan penyakit parenkim paru, kelainan vascular paru dan gangguan fungsi paru. (Braunwahl, 1980).

2. Etiologi

1.penyakit paru menahun dengan gangguan hipoksia

  • COPD (paling sering).
  • Fibrosis paru
  • Penyakit fibrokistik.
  • Cryptogenic fibrosing alveolitis.
  • Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia.

2.kelainan dinding dada

  • Kifoskolosis, torakoplasti, fibrosis pleura
  • Penyakit neuromuscular.

3. gangguan mekanisme kontrol pernafasan

· Obesitas, hipoventilasi idiopatik

· Penyakit serebrospinal.

4. kelainan primer pembuluh darah.

  • Hipertensi pulmonal primer.
  • Emboli paru berulang.
  • Vaskulitis pembuluh darah paru.

3.Anatomi Fisiologi.

Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum
Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
4.Patofisiologi.

Vasokontriksi arteriol difus akibat

Hipoksia alveoli

Perubahan anatomi

æjumlah p.darah difus

-emfisema

-eksisi paru pengurangan vaskularisasi paru

-aplasia/oklusi

.

æ Aliran darah

peningkatan resistensi vaskular paru

æCurah jantung

æAliran kolateral hipertensi pulmonal

Korpulmonal kronik

Gagal jantung kanan

5. Manifestasi Klinis.

Hipertensi pulmonal

Sering disamarkan oleh penyakit pulmonary primer atau kardiovaskular. Indikasi pertama hipertensi pulmonal →radiografi dada (pembesaran batas jantung kanan) atau EKG (hipertropi vetrikel kanan).

Manifestasi klinik umum :

- keletihan.

- Rasa tidak nyaman pada dada.

- Takipnoe.

- Dispnea terutama saat latihan.

Kor pulmonal.

Diperburuk oleh penyakit pernafasan primer, nyeri dada, BJ II lebih jelas, murmur katup pulmonal(+), murmur katup tricuspid menyertai terjadinya gagal ventrikel kanan.

6.Penatalaksanaan.

Sasaran pengobatan untuk mengurangi beban ventrikel kanan dengan menurunkan tekanan arteri pulmonalis.

  1. pemberian o2 continue→ 1-3 l/mnt → memperbaiki hipoksemia.
  2. tirah baring & pembatasan garam → jkia disertai gagal jantung → mencegah memburuknya hipoksemia.
  3. diuretic → membantu mengurangi cairan yang berlebihan dalam rongga paru → meningkatkan ventilasi alveoli & oksigenisasi.
  4. digitalisasi → mengatasi gagal jantung kanan.
  5. vasodilator arteri pulmonalis → mengatasi hipertensi pulmonal.

Asuhan Keperawatan kor pulmonal.

1.Pengkajian fisik

* nafas cepat & dangkal

* sianosis (bibir & kuku).

* Distensi vena jugularis.

* Takikardi.

* Bunyi jantung 2 lebih jelas.

* Murmur katup pulmonik terdengar.

* Jari tabuh.

* Udem tungkai dan kaki.

2.Diagnosa keperawatan

  1. kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolus.
  2. kelebihan volume cairan b.d hipertensi pulmonal.
  3. intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
  4. resiko penurunan kardiak out put b.d gagal ventrikel kanan.

3.Intervensi.

  1. meningkatka pertukaran gas.

Ø Agd dipantau terhadap tanda-tanda hipoksemia, asidosis respirtorik & alkalosis respiratorik.

R:/ memudahkan dalam memantau tanda-tanda hipoksemia, asidosis respiratorik & alkalosis respiratorik.

Ø Terapi o2 dengan aliran lambat.

R:/ mencegah kekurangan oksigen pada paru dan jaringan.

Ø Istirahat.

R:/ istirahat yang cukup memulihkan kembali keadaan pasien.

  1. mencegah kelebihan volume cairan.

Ø Timbang BB setiap hari.

R:/ penaikan BB menunjukan adanya kelebihan nutrisi yang dapat meningkatkan metabolisme, sehingga menaikkan kerja dari jantung.

Ø Pantau intake output cairan.

R:/ menghindari kelebihan dan kekurangan cairan yang masuk kedalam tubuh.

Ø Anjurkan latihan sedang atau ubah posisi klien dengan sering untuk meningkatkan perfusi paru yang adekuat.

R:/ posisi yang nyaman dapat memaksimalkan pemasukan o2 kedalam paru-paru.

Ø Ukur lingkar abdomen secara teratur untuk mengkaji perkembangan asites.

R:/ lingkar abdomen yang lebih dari normal menandakan adanya asites.

  1. meningkatkan intoleransi aktivitas.

Ø Berikan waktuyang cukup untuk melakukan aktivitas.

R:/ aktivitas yang dikerjakan dengan terburu-buru membuat pasien cepat lelah.

Ø Berikan o2 sesuai kebutuhan sebelum & sesudah beraktivitas.

R:/ menghindari kekurangan oksigen sewaktu beraktivitas.

Ø Anjurkan klien secara bertahap untuk beraktivitas.

R:/ beraktivitas secara bertahap membantu mengurangi intoleransi aktivitas.

  1. penkes perawatan dirumah.

Klien disarankan untuk:

Ø menghindari benda-benda yang mengiritasi jalan nafas.

Ø Jika diberi o2 continue → ajarkan cara penggunaannya.

Ø Sarankan untuk menghindari rokok.

Ø Konseling nutrisi.

Ø Waspadai tanda-tanda hipoksemia (gelisah, depresi, perilaku atipikal).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

penilaian kinerja perawat

CARA MENGHITUNG DOSIS OBAT PADA ANAK

gangguan tidur